Jumat, 21 Oktober 2016

Saya Takut LDR?

=) long time no see...

"Apa itu LDR?" kemarin ada seorang suster yang bertanya kepadaku.
"long distance relationship, suster", jawabku.
kecanggihan teknologi membuat orang bisa berkomunikasi dari jarak jauh.
Suster pondok labu ini (Jakarta - red) adalah salah satu orang yang saya ajari menggunakan Whatsapp,  sewaktu saya retret di sana. Aku tidak tau alasan malam kemarin lusa, beliau Whatsapp saya, yang pasti percakapan itu membawa pada satu pertanyaan; apakah, Saya takut LDR?"

Kecanggiha teknologi mungkin belum cukup mengatasi masalah LDR, meskipun manusia harus bersyukur, paling tidak bisa kirim foto tanpa harus menunggu berhari hari dan tentunya bisa kirim kabar setiap saat. Tapi itu tidaklah cukup untuk mempertahankan sebuah hubungan.

Mempertahankan? memang apalagi yang harus dipertahankan!!! #eaaaa Pertanyaan bagus. Tapi sebetulnya tidak ada yang bisa dipertahankan lagi, hidup manusia hanya sementara, apalagi perasaan. PERASAAN itu FANA belaka! haha. bercanda, JUST KIDDING. itu jawaban orang putus asa.

Konektifitas, mungkin aku salah mengejanya dalam bahasa inggris, dalam bahasa indonesia konektifitas adalah sebuah hubungan. Katakanlah sebuah mouse komputer ini terhubung ke komputer, dengan sebuah jembatan (perantara) kabel.
Hal yang lain Wifi adalah jembatan laptop ke router. lalu ke server utama. tanpa ada jembatan (perantara) tidaklah konek interet! tidak TERHUBUNG! Selanjutnya ketika anda buka browser akan ada sebuah game menarik, DINO LONCAT LONCAT! whatever tetapi penting dipahami sebuah hubungan membutuhkan perantara.

Sebuah relasi, katakanlah pacaran, tidak akan berlangsung baik, jika... sekali lagi pacaran, tidak akan berlangsung baik jika perantara-nya terganggu atau tersendat. Karena LDR tidak hanya menyita waktu dan pikiran (kekhawatiran) saja. Banyak hal-hal yang tidak bisa diekspresikan secara langsung tertahan, tak tersampaikan! Hal tersebut menumpuk hingga pada satu titik akhirnya mengakibatkan kekacauan. Sinyal sinyal yang tidak tersampaikan dengan baik menghambat sebuah proses relasi. Kontak fisik sebagai perantara tidak terbentuk, misalnya sinyal sayang seperti, sentuhan, genggaman tangan, pelukan, ciuman (kecup-kecup :*) awas ingat batas guys... hehe. adalah perantara ungkapan sinyal sayang. Sinyal marah cuek, cubitan lembut, jambakan mesra atau salahkanlah sinyal rindu yang tak tersampaikan dengan baik a.k.a selingkuh, hingga muncul pemikiran buruk mengarah pada posesif, cemburu dan kekhawatiran mengenai mesa depan.

Dan Mata, juga adalah salah satu perantara sinyal, lain kali saya akan bahas "MATA TAK BISA BOHONNG, TAPI MANTAN BISA" 3 kalmat nanti akan di hapus kok wkwk.

sooooo....

Masih berani dengan LDR?

Jawabannya adalah : Apa sih yang ditakuti m.bismo? none #sombong banget.

Ibarat bermain game, ini adalah tahap selanjutnya, NEXT LEVEL. :D
Yang lebih terpenting adalah kesiapan, kesiapan menghadapi level selanjutnya.
Entah itu kan LDR atau tidak, manusia harus belajar dari hari kemarin.
Yang deket aja bisa putus, apalagi yang LDR. itulah alibi saya.

Ingat selalu, NEXT LEVEL!
soo be prepared well!


#akuputusdanbaikbaiksaja
#doakanakuIBU
#putuskarena LDR












Minggu, 15 Mei 2016

Memfasilitasi Sebuah Proses Pembelajaran #1

Sebelum kita melakukan memfasilitasi sebuah proses pembelajaran, adabaiknya kita mengetahui....
Apa itu Fasilitasi?

lambangkerjasamaKata “fasilitasi” berasal dari bahasa Latin yang jika diterjemahkan secara sederhana adalah “memudahkan”. Seorang fasilitator, oleh karena itu, adalah seseorang yang menjadikan sesuatu menjadi mudah bagi orang lain. Lalu, bagaimana membedakan fasilitasi dengan layanan jasa profesional lainnya yang juga mungkin menjadikan sesuatu lebih mudah, seperti konsultasi, pelatihan, konseling maupun mediasi? Dan bagaimana fasilitasi berbeda dengan peran kepemimpinan kelompok, misalnya seperti memimpin suatu pertemuan? Untuk menjawab hal tersebut, penjelasan secara definitif barangkali dapat membantu mengelola harapan dari sisi klien, kelompok dan si fasilitator sendiri, dan tentunya untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Suatu definisi yang cukup panjang dan klasik pernah dituliskan oleh Roger Schwarz:
“Fasilitasi kelompok merupakan suatu proses dimana terdapat satu orang, yang proses pemilihannya (keberadaannya) disetujui oleh semua anggota kelompok, bersikap netral secara substantif, dan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan, mengidentifikasi dan mengintervensi untuk membantu suatu kelompok meningkatkan bagaimana mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah sehingga kelompok dapat membuat keputusan, dan meningkatkan efektifitas kelompok.”
Definisi tersebut memiliki tiga dimensi penting:
  • Peran fasilitator
  • Apa yang fasilitator lakukan untuk mempermudah suatu proses
  • Tujuannya apa
Pertamaperan fasilitator adalah sebagai pihak netral dalam konten dan tugas kelompok. Hal ini bukan berarti bahwa fasilitator tidak harus memiliki suatu keahlian tertentu atau peran tertentu dalam hasil yang akan dicapai oleh suatu kelompok, akan tetapi kelompok tersebut harus bisa memiliki kepercayaan diri bahwa seorang fasilitator tidak akan membiarkan keahlian atau keterampilan yang dia miliki untuk mempengaruhi kerja kelompok dan dalam membuat keputusan. Sebaliknya, seorang konsultan memberikan nasihat atau masukan berdasarkan keahlian yang dia miliki dan seorang pelatih mentransfer pengetahuan atau keterampilan; keduanya berkontribusi berdasarkan keahlian yang mereka miliki. Seorang pemimpin pertemuan pada umumnya merupakan anggota dari suatu kelompok dan memiliki peranan dalam hasil yang ingin dicapai, bahkan seringkali mendapatkan tanggung jawab tertentu dari kelompok tersebut.
Kedua, apa yang dilakukan oleh seorang fasilitator adalah mengidentifikasi dan mengintervensi dalam bagaimana suatu kelompok bekerja. Dengan kata lain, dia berkontribusi dalam proses, bukan pada konten yang dibahas. Fasilitator netral dalam proses, akan tetapi tanggung jawabnya adalah mengelola proses kelompok.
Yang terakhir, tujuan dari keberadaan fasilitator adalah untuk meningkatkan efektivitas kelompok – untuk mencapai hasil yang lebih baik, akan tetapi bukan hasil akhir tertentu. Hasil dari proses kelompok merupakan tanggung jawab kelompok itu sendiri, karena fasilitator hanya dapat membantu memastikan kepemilikan dan komitmen kelompok tersebut. 
Fasilitator akan mengasumsikan beragam perspektif, posisi dan kebutuhan dalam suatu kelompok, membantu kelompok menghubungkan dan merespon secara kreatif terhadap suatu permasalahan, sesuai dengan tugasnya. Ketika tugas pokok suatu kelompok adalah untuk meresolusi suatu konflik, maka keahlian dalam resolusi konflik dibutuhkan, dimana keahlian seorang mediator yang sebenarnya diperlukan, bukan keahlian seorang fasilitator; ketika suatu kelompok membutuhkan keterampilan teknis dimana keterampilan tertentu dibutuhkan, maka seorang pelatih (trainer) yang sebenarnya diperlukan.
Pada umumnya, seorang fasilitator terlibat untuk mendesain dan mengelola workshop, pertemuan dan sejenisnya. Akan tetapi, fasilitasi menambahkan nilai yang lebih luas dan proses yang lebih panjang dalam proses perubahan organisasi, dan juga peningkatan kapasitas.
Berikut ini perbedaan secara singkat antara Fasilitator, Trainer (pelatih) dan Konsultan:
Perbedaan Fasilitator Trainer dan Konsultan

Kapan dan Bagaimana Fasilitasi dapat Membantu?
Keterampilan memfasilitasi dapat bermanfaat ketika topik yang akan dibahas merupakan sesuatu yang kompleks, dimana minat dan perspektif beragam, dan ketika kreativitas, konsensus dan kolaborasi dibutuhkan. Selain itu, ada beberapa alasan yang (sebenarnya) perlu dipertimbangkan kapan peran seorang fasilitator dapat memberikan manfaat lebih:
  • ketika kita ingin mendorong motivasi, komitmen & kepercayaan kelompok
  • ketika kita ingin memaksimalkan pengetahuan, pengalaman & perbedaan kelompok
  • ketika terdapat lebih dari satu jawaban dari satu pertanyaan
  • ketika kita ingin menghilangkan ‘power/dominance syndrome
  • ketika kita ingin belajar dari proses kelompok
  • ketika terdapat ‘psychological blocks’ yang harus dibicarakan
Kehadiran fasilitator dari pihak luar atau pihak ketiga (eksternal) dapat sangat membantu untuk menjaga netralitas konten yang akan dibahas.
Jika anda punya pertanyaan atau ingin berdiskusi tentang bagaimana fasilitasi dapat memberikan manfaat dan nilai lebih buat anda, jangan ragu untuk menghubungi kami. Kita juga bisa belajar mengenai fasilitasi bersama kawan-kawan dari Indonesia Facilitators’ Network (IFN) dan lapangan kecil.
- See more at: http://www.bmunusantara.com/fasilitasi-apa-dan-mengapa/#more-538

Sabtu, 14 Mei 2016

Penantian Klark Memukul Bola.

Hari sabtu ini adalah pertandingan baseball Klark yang kesekian kalinya. Lapangan hijau yang menguning telah menantinya. Seorang anak yang berusia 9 Tahun dengan cemas menatap lapangan yang mulai di penuhi penonton itu. Ia bernafas, masih dalam penuh harapan menanti sesosok yang mampu memompa semangatnya. Duke, namanya, sosok yang ia tunggu belum juga datang.

 Akhirnya pertandingan di mulai, terdengar sorak penontonsahut menyahut antara pendukung tuan rumah dan tim tamu. Pertandingan dimulai, hingga akhirnya skor menunjukkan tim tamu unggul satu angka di banding tim tuan rumah, di mana Klark menjadi salah satu pemainnya.

Kini tibalah giliran Klark, Pendukung bersorak, anak ini makin gugup, pelembar bola dengan tajam menatap Klark, seakan akan meruntuhkan Klark sebelum memukul bola. Sesasat kemudian pelempar bola melemparkan bola baseball itu. seeetttttt, Pluk! tertangkap oleh penangkap bola, Klark melewatkannya, membeku seperti patung, bagaikan manusia yang kehilangan jiwa.

"Ayo Klark!" teriakan itu terdengan depat di depan Klark, meskipun jauh. Sayup sayup teriakan itu menguat, menguat dalam sanubari Klark, DIa tau suara siapa ini. dia yakin sauara itu adalah Duke. Sosok yang dinantinya, yang mampu memberikan motivasi lebih dari siapapun. Siapa yang menyangka orang ini akhirnya datang juga, meskipun terlambat ada 2 kali kesempatan lagi didepan Klark.

"Ayo Klark, kamu pasti bisa", Teriak Duke. Iya ayah, jawab Klark, dalam hati tentunya. Kini ia fokus pada lemparan ke duanya. Settttt, bola di lempar. Klark memantapkan hatinya. Plukkk! bola tertangkap dengan baik. Klark gagal memukul bolanya. Ia masih ragu memukul bolanya, ia menanti keyakinannya penuh, gabungan antara keyakinan dan motivasi yang menyiapkan Klark untuk menghadapi kesempatannya yang terakhir.

"Ayo Klark, Tunjukkan kamu bisa, Ingat apa yang kuajarkan tunjukkan tatapan sinismu! Kamu lebih baik daripada pelempar bola itu! Kamu bisa mengalahkannya! Teriak Duke sambil mengepalkan tangannya. Hal itu langsung dilakukan Klark, ia sudah belatih selama ini bersama Duke. Ia kini lebih siap, sangat siap bahkan! Tatapannya tajam melihat pelempar bola. Kini pelembar pola itu merasakan perubahan dalam diri Klark. Pelempar bola lalu bersiap melemparkan bola, bola di lempar, Seeet.... Tuuukkk! bolanya mampu mengnai tongkat pemukul. Penonton Bersorak, Bola melambung sedang nampun cepat ke arah jauh. mungkinkan itu Home RUn? Tida, bla berhenti jatuh tepat sebelum pagar terluar. Clark terdiam, mengkin masih tak percaya aakan apa yang dilakukannya. "Ayo Klark lari" Teriak Duke. Klark seperti robot yng memilki Artificial Intelegent yang masih terbatas, akhirnya ia mampu memproses kata kata itu, ia berlari, 1-2-3 base terlewati namun ragu apakah ia bisa mencetak angka. "Klark Kamu bisa!, cetaklah angka!" Klark tanpa ragu berlari, Fokus ke base terakhir untuk mencetak angka. Bola berlari mengejar Klark, Duke berlari di pinggir lapangan seperti semesta yang memberikan motivasi mampu melewati batas pagar lapangan. Rumput hijau yang menguning tetap menguning, tapi laju Klark semakin cepat, Kakinya lincah menapaki rumput itu sambil melompat untuk menggapai Base Terakhir. SAVE!!! Teriak hakim garis spersekian detik setelah bola juga mencapai base, hampir saja. Itulah kemenangan Klark Ia tertawa, lalu melompat pergi memeluk sang Ayah.
 
"Saat aku berkata bisa, aku mungkin bisa gagal, saat ayahku berkata pasti bisa, Kemungkinan itu menjadi 100%!"


Image result for baseball adalah child dad


Source - Blended Film dengan ingatan seadanya.