Sebelum kita melakukan memfasilitasi sebuah proses pembelajaran, adabaiknya kita mengetahui....
Apa itu Fasilitasi?
Kata “fasilitasi” berasal dari bahasa Latin yang jika diterjemahkan secara sederhana adalah “memudahkan”. Seorang fasilitator, oleh karena itu, adalah seseorang yang menjadikan sesuatu menjadi mudah bagi orang lain. Lalu, bagaimana membedakan fasilitasi dengan layanan jasa profesional lainnya yang juga mungkin menjadikan sesuatu lebih mudah, seperti konsultasi, pelatihan, konseling maupun mediasi? Dan bagaimana fasilitasi berbeda dengan peran kepemimpinan kelompok, misalnya seperti memimpin suatu pertemuan? Untuk menjawab hal tersebut, penjelasan secara definitif barangkali dapat membantu mengelola harapan dari sisi klien, kelompok dan si fasilitator sendiri, dan tentunya untuk mencapai hasil yang lebih baik.
Suatu definisi yang cukup panjang dan klasik pernah dituliskan oleh Roger Schwarz:
“Fasilitasi kelompok merupakan suatu proses dimana terdapat satu orang, yang proses pemilihannya (keberadaannya) disetujui oleh semua anggota kelompok, bersikap netral secara substantif, dan tidak memiliki wewenang untuk mengambil keputusan, mengidentifikasi dan mengintervensi untuk membantu suatu kelompok meningkatkan bagaimana mengidentifikasi dan memecahkan suatu masalah sehingga kelompok dapat membuat keputusan, dan meningkatkan efektifitas kelompok.”
Definisi tersebut memiliki tiga dimensi penting:
- Peran fasilitator
- Apa yang fasilitator lakukan untuk mempermudah suatu proses
- Tujuannya apa
Pertama, peran fasilitator adalah sebagai pihak netral dalam konten dan tugas kelompok. Hal ini bukan berarti bahwa fasilitator tidak harus memiliki suatu keahlian tertentu atau peran tertentu dalam hasil yang akan dicapai oleh suatu kelompok, akan tetapi kelompok tersebut harus bisa memiliki kepercayaan diri bahwa seorang fasilitator tidak akan membiarkan keahlian atau keterampilan yang dia miliki untuk mempengaruhi kerja kelompok dan dalam membuat keputusan. Sebaliknya, seorang konsultan memberikan nasihat atau masukan berdasarkan keahlian yang dia miliki dan seorang pelatih mentransfer pengetahuan atau keterampilan; keduanya berkontribusi berdasarkan keahlian yang mereka miliki. Seorang pemimpin pertemuan pada umumnya merupakan anggota dari suatu kelompok dan memiliki peranan dalam hasil yang ingin dicapai, bahkan seringkali mendapatkan tanggung jawab tertentu dari kelompok tersebut.
Kedua, apa yang dilakukan oleh seorang fasilitator adalah mengidentifikasi dan mengintervensi dalam bagaimana suatu kelompok bekerja. Dengan kata lain, dia berkontribusi dalam proses, bukan pada konten yang dibahas. Fasilitator netral dalam proses, akan tetapi tanggung jawabnya adalah mengelola proses kelompok.
Yang terakhir, tujuan dari keberadaan fasilitator adalah untuk meningkatkan efektivitas kelompok – untuk mencapai hasil yang lebih baik, akan tetapi bukan hasil akhir tertentu. Hasil dari proses kelompok merupakan tanggung jawab kelompok itu sendiri, karena fasilitator hanya dapat membantu memastikan kepemilikan dan komitmen kelompok tersebut.
Fasilitator akan mengasumsikan beragam perspektif, posisi dan kebutuhan dalam suatu kelompok, membantu kelompok menghubungkan dan merespon secara kreatif terhadap suatu permasalahan, sesuai dengan tugasnya. Ketika tugas pokok suatu kelompok adalah untuk meresolusi suatu konflik, maka keahlian dalam resolusi konflik dibutuhkan, dimana keahlian seorang mediator yang sebenarnya diperlukan, bukan keahlian seorang fasilitator; ketika suatu kelompok membutuhkan keterampilan teknis dimana keterampilan tertentu dibutuhkan, maka seorang pelatih (trainer) yang sebenarnya diperlukan.
Pada umumnya, seorang fasilitator terlibat untuk mendesain dan mengelola workshop, pertemuan dan sejenisnya. Akan tetapi, fasilitasi menambahkan nilai yang lebih luas dan proses yang lebih panjang dalam proses perubahan organisasi, dan juga peningkatan kapasitas.
Berikut ini perbedaan secara singkat antara Fasilitator, Trainer (pelatih) dan Konsultan:
Kapan dan Bagaimana Fasilitasi dapat Membantu?
Keterampilan memfasilitasi dapat bermanfaat ketika topik yang akan dibahas merupakan sesuatu yang kompleks, dimana minat dan perspektif beragam, dan ketika kreativitas, konsensus dan kolaborasi dibutuhkan. Selain itu, ada beberapa alasan yang (sebenarnya) perlu dipertimbangkan kapan peran seorang fasilitator dapat memberikan manfaat lebih:
- ketika kita ingin mendorong motivasi, komitmen & kepercayaan kelompok
- ketika kita ingin memaksimalkan pengetahuan, pengalaman & perbedaan kelompok
- ketika terdapat lebih dari satu jawaban dari satu pertanyaan
- ketika kita ingin menghilangkan ‘power/dominance syndrome‘
- ketika kita ingin belajar dari proses kelompok
- ketika terdapat ‘psychological blocks’ yang harus dibicarakan
Kehadiran fasilitator dari pihak luar atau pihak ketiga (eksternal) dapat sangat membantu untuk menjaga netralitas konten yang akan dibahas.
Jika anda punya pertanyaan atau ingin berdiskusi tentang bagaimana fasilitasi dapat memberikan manfaat dan nilai lebih buat anda, jangan ragu untuk menghubungi kami. Kita juga bisa belajar mengenai fasilitasi bersama kawan-kawan dari Indonesia Facilitators’ Network (IFN) dan lapangan kecil.
- See more at: http://www.bmunusantara.com/fasilitasi-apa-dan-mengapa/#more-538
Tidak ada komentar:
Posting Komentar