Hari sabtu ini adalah pertandingan baseball Klark yang kesekian kalinya. Lapangan hijau yang menguning telah menantinya. Seorang anak yang berusia 9 Tahun dengan cemas menatap lapangan yang mulai di penuhi penonton itu. Ia bernafas, masih dalam penuh harapan menanti sesosok yang mampu memompa semangatnya. Duke, namanya, sosok yang ia tunggu belum juga datang.
Akhirnya pertandingan di mulai, terdengar sorak penontonsahut menyahut antara pendukung tuan rumah dan tim tamu. Pertandingan dimulai, hingga akhirnya skor menunjukkan tim tamu unggul satu angka di banding tim tuan rumah, di mana Klark menjadi salah satu pemainnya.
Kini tibalah giliran Klark, Pendukung bersorak, anak ini makin gugup, pelembar bola dengan tajam menatap Klark, seakan akan meruntuhkan Klark sebelum memukul bola. Sesasat kemudian pelempar bola melemparkan bola baseball itu. seeetttttt, Pluk! tertangkap oleh penangkap bola, Klark melewatkannya, membeku seperti patung, bagaikan manusia yang kehilangan jiwa.
"Ayo Klark!" teriakan itu terdengan depat di depan Klark, meskipun jauh. Sayup sayup teriakan itu menguat, menguat dalam sanubari Klark, DIa tau suara siapa ini. dia yakin sauara itu adalah Duke. Sosok yang dinantinya, yang mampu memberikan motivasi lebih dari siapapun. Siapa yang menyangka orang ini akhirnya datang juga, meskipun terlambat ada 2 kali kesempatan lagi didepan Klark.
"Ayo Klark, kamu pasti bisa", Teriak Duke. Iya ayah, jawab Klark, dalam hati tentunya. Kini ia fokus pada lemparan ke duanya. Settttt, bola di lempar. Klark memantapkan hatinya. Plukkk! bola tertangkap dengan baik. Klark gagal memukul bolanya. Ia masih ragu memukul bolanya, ia menanti keyakinannya penuh, gabungan antara keyakinan dan motivasi yang menyiapkan Klark untuk menghadapi kesempatannya yang terakhir.
"Ayo Klark, Tunjukkan kamu bisa, Ingat apa yang kuajarkan tunjukkan tatapan sinismu! Kamu lebih baik daripada pelempar bola itu! Kamu bisa mengalahkannya! Teriak Duke sambil mengepalkan tangannya. Hal itu langsung dilakukan Klark, ia sudah belatih selama ini bersama Duke. Ia kini lebih siap, sangat siap bahkan! Tatapannya tajam melihat pelempar bola. Kini pelembar pola itu merasakan perubahan dalam diri Klark. Pelempar bola lalu bersiap melemparkan bola, bola di lempar, Seeet.... Tuuukkk! bolanya mampu mengnai tongkat pemukul. Penonton Bersorak, Bola melambung sedang nampun cepat ke arah jauh. mungkinkan itu Home RUn? Tida, bla berhenti jatuh tepat sebelum pagar terluar. Clark terdiam, mengkin masih tak percaya aakan apa yang dilakukannya. "Ayo Klark lari" Teriak Duke. Klark seperti robot yng memilki Artificial Intelegent yang masih terbatas, akhirnya ia mampu memproses kata kata itu, ia berlari, 1-2-3 base terlewati namun ragu apakah ia bisa mencetak angka. "Klark Kamu bisa!, cetaklah angka!" Klark tanpa ragu berlari, Fokus ke base terakhir untuk mencetak angka. Bola berlari mengejar Klark, Duke berlari di pinggir lapangan seperti semesta yang memberikan motivasi mampu melewati batas pagar lapangan. Rumput hijau yang menguning tetap menguning, tapi laju Klark semakin cepat, Kakinya lincah menapaki rumput itu sambil melompat untuk menggapai Base Terakhir. SAVE!!! Teriak hakim garis spersekian detik setelah bola juga mencapai base, hampir saja. Itulah kemenangan Klark Ia tertawa, lalu melompat pergi memeluk sang Ayah.
"Saat aku berkata bisa, aku mungkin bisa gagal, saat ayahku berkata pasti bisa, Kemungkinan itu menjadi 100%!"
Source - Blended Film dengan ingatan seadanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar