by Fransiskus De Sales Scj on Tuesday, September 13, 2011 at 5:57am
         Ada seorang ibu yang enam tahun lalu melahirkan anaknya. Namun sang  anak belum juga dapat merangkak. Ia belum juga dapat berdiri. Kaki dan  tangannya tampak lemas, meski anak itu sangat bersemangat. Anak semata  wayangnya itu suka tersenyum. Matanya menatap tajam. Bicaranya lancar.  Satu kekurangan dalam dirinya, yaitu ia tidak bisa berdiri dan berjalan  seperti anak-anak normal lainnya.
            Meski kondisi  anaknya seperti itu, sang ibu tidak pernah berhenti memberinya semangat.  Dengan penuh kasih, sang ibu memberikan sentuhan-sentuhan. Sang ibu  membisikkan kata-kata indah ke dalam telingannya. Ia memberi motivasi  bagi sang buah hati untuk tetap maju dalam hidupnya.
             Ia berkata,.... 
“Nak, minggu depan kamu akan bisa berjalan. Tidak usah kuatir. Setelah kamu bisa berjalan, kamu akan berlari sekuat-kuatnya. Mau kan?”
            Sang buah hati itu menganggukkan kepalanya.  Ia ingin sekali melakukannya. Lantas ia berkata kepada ibunya,...
“Tapi mama, kalau minggu depan saya belum bisa berjalan, apa mama akan menangis? Apa mama akan memarahi aku? Kalau aku belum bisa berlari, apa mama akan memukul pantat ku?”
            Sang ibu tidak mau  menjawab pertanyaan-pertanyaan buah hatinya. Ia menatap wajahnya  dalam-dalam. Lantas ia tersenyum. Sang buah hati pun membalas senyumnya.  Dua senyum itu bertaut. Suatu optimisme tampak pada wajah dua insan  itu.
Sang ibu berkata dengan penuh kepercayaan,...
“Kalau kita percaya kepada Tuhan, tidak ada yang mustahil. Suatu saat kamu pasti bisa berjalan dan berlari.”
          Sahabat, banyak orang mudah putus asa  saat tidak punya jalan untuk keluar dari persoalan hidup. Mereka  berhenti di tempat. Mereka cemas, bagaimana bisa keluar dari  persoalan-persoalaa hidup. Tidak ada gerakan untuk keluar dari  persoalan-persoalan hidup. Akibatnya, mereka gagal dalam kehidupan ini.
           Orang  yang putus asa itu orang yang kehilangan daya dorong dalam hidupnya.  Daya dorong itu adalah CINTA yang mendalam. Suatu cinta yang tulus dan  murni mampu membangkitkan orang dari keterpurukan hidup. Ini yang tidak  dimiliki oleh mereka yang putus asa. Cinta mereka terhadap diri dan  sesama tidak mendalam. Cinta mereka begitu dangkal. Cinta mereka tidak  sedalam samudera.
            Karena itu, kita mesti terus-menerus belajar  untuk mencintai diri kita sendiri dan sesama kita. Kisah ibu tadi  menjadi suatu contoh yang indah bagi kita. Ia memberikan cintanya yang  begitu tulus dan murni. Ia memiliki daya dorong yang begitu kuat bagi  sang buah hati. Ia ingin agar sang buah hati tetap memiliki semangat  untuk bangkit dan berjuang.
          Sebagai orang beriman, daya dorong  kita yang terbesar adalah kasih Tuhan kepada kita. Setiap hari Tuhan  mengasihi kita dengan berbagai cara. Cinta Tuhan begitu tulus dan murni.  Tuhan senantiasa memberi apa yang kita butuhkan. Tuhan ingin agar kita  memiliki sukacita dan damai dalam hidup ini.
Untuk itu, kita mesti  menyerahkan hidup kepada Tuhan. Dengan demikian, kita dapat menimba  kuatnya cinta Tuhan bagi hidup kita. Kita dapat terus-menerus memiliki  harapan. Tuhan memberkati. **

Tidak ada komentar:
Posting Komentar